.


Inovasi “Dari Sampah Menjadi Berkah” Desa Kiarasari Kecamatan Sukajaya

 

Desa Kiarasari, Kecamatan Sukajaya memiliki luas 1075,51 Ha, lebih dari 60 %  tata guna lahan merupakan area pertanian. Desa Kiarasari merupakan salah satu desa di Kecamatan Sukajaya yang memiliki potensi sebagai daerah penghasil sayuran, dengan komoditi unggulan berupa bayam. Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya sayuran adalah banyaknya sisa hasil panen yang tidak termanfaatkan. Menurut data di lapangan, sampah dari limbah sisa yang di hasilkan sebanyak 60% sampah organik. Limbah dari sisa panen tersebut oleh kebanyakan petani di biarkan membusuk di lahan sambil menunggu pengolahan lahan berikutnya dilakukan.

Disamping sampah dari komoditi sayuran, terdapat juga komoditi lainnya yaitu ubi jalar. Komoditi ini dikembangkan mengingat permintaan pasar yang cukup tinggi sehingga bisa menjadi alternatif tambahan pendapatan petani. Hal yang serupa juga dialami dengan komoditi ini, dimana terdapat sampah yang terbuang begitu saja.

Limbah hasil sisa panen sayuran dan buah ini sebenarnya masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan Pupuk kompos. Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang sudah ada sejak lama. Pengertian kompos adalah bahan-bahan organik yang sudah mengalami proses pelapukan karena terjadi interaksi antara mikroorganisme atau bakteri pembusuk yang bekerja di dalam bahan organik tersebut. Kompos diperoleh dari hasil pelapukan bahan-bahan tanaman atau sampah organik seperti jerami, sekam, daun-daunan, rumput-rumputan, sampah organik pengolahan pabrik, dan sampah organik yang terjadi karena perlakuan manusia, Semua bahan organik tersebut akan mengalami pelapukan yang diakibatkan oleh mikroorganisme yang tumbuh subur pada lingkungan lembap dan basah.

Berdasarkan permasalahan tersebut Desa Kiarasari Kecamatan Sukajaya meluncurkan Inovasi “Dari Sampah Menjadi Rupiah” yang merupakan suatu inovasi pengolahan sampah organik menjadi sesuatu yang bernilai yaitu pupuk kompos. Upaya ini juga dapat membantu memenuhi kebutuhan pupuk para petani dengan memanfaatkan pupuk sampah organik (kompos).

Selain itu, terobosan baru ini juga memiliki nilai ekonomis mengingat pandemi Covid-19 berdampak luas pada semua sektor, sehingga perlu terobosan kreatif dengan memanfaatkan sumber daya menjadi peluang. Melalui pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) inovasi dapat terwujud dan diimplementasikan.